Suku Auyu di Boven Digoel, Provinsi Papua, tengah hidup dalam ancaman bencana lingkungan yang besar. Proyek Tanah Merah merupakan suatu rencana yang membabat habis pohon-pohon bernilai miliaran dolar dari kawasan hutan yang luasnya setara dengan empat kali Provinsi DKI Jakarta. Dan kini, tunas-tunas sawit sedang tumbuh di atasnya. Proyek tersebut tak hanya menghancurkan hutan hujan yang tersisa di dunia, melainkan pula mengancam kelangsungan hidup masyarakat adat yang tinggal di dalam dan sekitar hutan. Bagi Suku Auyu, hutan memainkan peran penting sebagai sumber penghidupan. Upaya terhadap penghancuran kawasan hutan memang baru dimulai. Tetapi, kerusakan yang ditimbulkan telah melampau luasan yang begitu massif. "Hasil alam yang Tuhan sudah berikan lewat kita, hancur di tempat," kata seorang lelaki tua dari Desa Anggai yang berlokasi di sekitar proyek. “Semua hancur seketika.”
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Through the Tanah Merah project, initiators will bulldose rainforests to be able to replace it with a palm oil plantation. If fully-developed, it will be the single biggest palm oil plantation in Indonesia, which will occupy an area four times bigger than the capital Jakarta.
This video is part of of Indonesia for Sale, an in-depth series that discusses the opaque deals that underpin Indonesia's deforestation and land-rights crises. Indonesia for Sale is part of the cross-border collaboration among Tempo, Malaysiakini, Mongabay and Earthsight's The Gecko Project.
Read more in Indonesian or in English.