Sexy Killers is the final film in the documentary series Ekspedisi Indonesia Biru (Blue Indonesia Expedition), which looks at the local impacts of the energy industry and infrastructure development. Dandhy Dwi Laksono and journalist Ucok Suparta filmed the documentary while they traveled through the country in 2015.
Since its launch, Sexy Killers has ignited public controversy. It was released on April 5, less than two weeks before the presidential election. Many accused WatchDoc and its journalist founder, Dandhy Dwi Laksono, of being driven by political interests. The film was recently uploaded in its entirety on YouTube and has been viewed more than 23 millions times so far. WatchDoc had also initiated a nationwide screening roadshow that covered 100 different location around Indonesia.
***
Film Sexy Killer menceritakan sisi lain dari isu energi di Indonesia, yakni sebuah sistem mekanisme yang didesain dan dibuat untuk menguntungkan segelintir orang saja. Film ini juga membangun kesadaran masyarakat asal energi listrik yang selama ini dinikmati dan apa saja dampak dari energi listrik tersebut.
Film ini mendokumentasikan berbagai fakta dan masalah yang timbul akibat tambang. Kebutuhan modal yang besar, pelaksanaan peraturan pemerintah yang masih bermasalah, adanya royalti dan pajak serta ketergantungan terhadap infrastuktur pemerintah untuk mengirimkan batu bara ke pasar menjadikan sektor ini terpapar korupsi politik dalam bentuk perdagangan pengaruh, political capture dan regulatory capture.
Kondisi perusahaan pertambangan batu bara yang harus berurusan dengan pejabat publik mendorong “perselingkuhan” antara perusahaan, birokrat, dan politisi. Didit mengatakan, para elit politik juga menyatukan bisnis dengan politik di sektor pertambangan batu bara, antara lain Aburizal Bakrie (mantan menteri di pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono dan mantan ketua umum Partai Golkar yang kini menjabat sebagai ketua dewan pembina Partai Golkar) dengan Bumi Resources dan Prabowo Subianto (pendiri sekaligus ketua umum Partai Gerindra) dengan grup bisnis Nusantara.
Film ini juga menyoroti keterlibatan elit politik dengan konflik kepentingan yang besar. Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman Luhut Binsar Pandjaitan, yang membawahi sektor pertambangan dan energi, merupakan pemegang saham PT Toba Sejahtera. Perusahaan ini memiliki sejumlah anak perusahaan yang terlibat dalam pertambangan batu bara dan Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) Batubara. Beberapa politically-exposed persons (PEPs) lainnya terhubungkan dengan kelompok bisnis ini, termasuk anggota keluarga Luhut, mantan menteri serta pejabat tinggi lainnya, dan pensiunan jenderal.
Film Sexy Killer makin ramai menjadi perbincangan publik karena dianggap mendorong para penontonnya untuk golput (golong putih) dalam Pemilu 2019 karena kedua calon presiden sama-sama terlibat dalam lingkaran hitam PLTU Batubara ini. Mengenai hal ini, Didit mengatakan bahwa tidak ada ajakan atau dorongan menjadi golput dalam film Sexy Killer, yang diharapkan adalah masyarakat cerdas dalam memilih calon yang mewakili aspirasi masyarakat ke depannya.
Sejak pemutaran perdana pada 5 April lalu, film Sexy Killers telah diputar di lebih dari 70 titik lokasi untuk disaksikan bersama dan pada 13 April 2019 telah dipublikasikan di kanal Youtube oleh Watchdoc Image. Sampai hari ini, film ini sudah disaksikan lebih dari 23 juta lebih penonton.